Saturday, November 14, 2009

MENGABDI DI DESA TERPENCIL

Tuesday, 04 August 2009 22:56
Kecamatan Naringgul berada jauh di ujung selatan Kab. Cianjur, sekitar dua ratus kilometer dari Cianjur Kota. Di SDN Cisoropot Desa Wangunsari, Kec. Naringgul, Kab. Cianjur, Asep Jungjunan, S.Pd.I. ditugaskan sebagai guru sejak awal Januari 2005 hingga sekarang.

"Ketika pertama kali datang di Desa Wangunsari, dari sekian banyak warga, hanya beberapa orang yang lulus SMA. Guru sekolah dasar belum ada yang sarjana, sedangkan animo melanjutkan ke SMP kecil sekali. Seusai tamat SD, anak-anak menjadi buruh tani di sawah," ujar pria kelahiran Bandung, 12 Maret 1965 ini.

Wajar saja animo melanjutkan sekolah begitu rendah karena beberapa desa di Kec. Naringgul, termasuk Wangunsari, belum teraliri listrik dari PLN. Bila ingin menikmati listrik, sedikitnya warga harus menyediakan Rp 4 juta untuk memasang kincir air yang dapat menghasilkan listrik. Jalan menuju kota kecamatan pun sangat terjal dengan kondisi jalan bebatuan, belum tersentuh aspal. Angkutan umum yang ada hanya ojek, itu pun ongkosnya sangat mahal bagi warga yang umumnya buruh tani.

"Melihat kondisi semacam itu, saya kumpulkan warga lulusan SD dan SMP yang ingin menamatkan studinya melalui program Kejar Paket B dan C. Saya bawa mereka ke Cianjur untuk didaftarkan ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang membuka ujian paket B dan C. Alhamdulillah sekarang warga yang lulusan SMA sudah banyak, tidak hanya beberapa orang, tapi sudah puluhan bahkan beberapa orang di antaranya ada yang melanjutkan kuliah," ucap ayah tiga anak ini saat dijumpai di kediaman orang tuanya di Kampung Ciajag, Desa Sirnagalih, Kec. Cilaku, Cianjur, Minggu (19/7).

Tanpa pamrih, melalui kerja sama dengan PGRI, Asep kemudian merintis dibukanya taman kanak-kanak, dan saat ini ia tengah berupaya membuka SMP mandiri yang tidak menginduk ke SMP negeri yang jauh letaknya. "Saya hanya merasa prihatin kepada guru pamong yang ditugaskan mengajar di SMP Kelas Jauh di desa kami, mereka harus mengeluarkan biaya banyak bila mengajar. Makanya, kami ingin membuka SMP mandiri dengan guru-guru yang diangkat dari guru SD sekitar desa karena kini umumnya mereka sudah sarjana atau sedang kuliah merampungkan kesarjanaannya," ungkap Asep yang bertekad akan tetap mengabdi di desa terpencil ini.

Ia hanya berharap Bupati Cianjur atau Guberur Jawa Barat menyempatkan datang ke Desa Wangunsari melihat segala ketertinggalan pembangunan. "Ternyata jangan jauh-jauh ke Papua, yang dekat saja, tepatnya di desa kami, ketertinggalan pembangunan sangat terasa. Bila Bapak Gubernur Jabar atau Bapak Bupati Cianjur sudah datang ke desa kami, mudah-mudahan pembangunan desa dan pembangunan sarana pendidikan cepat terlaksana," ujarnya berharap. (Luki Muharam/"Galura")***

Sumber: Harian Pikiran Rakyat

No comments: